sumber gambar:https://www.bankrate.com/loans/student-loans/education-tax-credits-deductions/
NEXT-LEVEL-STUDY.com- Perihal pinjaman pendidikan atau kredit sekolah kembali mencuat setelah Institut Inovasi Bandung (ITB) menegaskan upaya bersama dengan fintech muka online di bidang pendidikan untuk membayar biaya pendidikan siswa secara bertahap. Bagaimana pinjaman pelajar dimulai di Indonesia?
Pada pertengahan tahun 1982, muncullah pinjaman mahasiswa yang diberi nama Kredit Mahasiswa Indonesia (KMI). Kredit pelatihan ini disponsori oleh Pemerintah Indonesia, sebagaimana terungkap dalam Educational Loans in Advanced education: 2. Asia oleh Maureen Woodhall dari acara sekolah Global Institution of Instructive Preparation (IIEP), UNESCO, Paris, 1991.
Pada saat itu, Program Kredit Mahasiswa Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia sebagai bank nasional negara sebagai sponsor kredit likuiditas kepada Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 1946. Pada saat itu, BNI ikut berperan dalam memberikan kredit pendidikan kepada mahasiswa.
Awal Mula Pinjaman Pendidikan di Indonesia
Sebelum tahun 1980an, pemerintah Indonesia atau bank-bank di negara ini tidak memiliki program kredit sekolah atau kredit bank untuk sekolah. Jika ada keinginan untuk belajar, maka pilihan terlebih dahulu adalah melalui jalur biasa, misalnya diperoleh dari keluarga, anggota keluarga, sahabat atau sumber kredit lainnya.
Pinjaman pelajar KMI muncul pada tahun 1982 untuk mendorong pelajar agar lebih cepat lulus dari perguruan tinggi, khususnya PTN yang sebenarnya dibiayai oleh pemerintah. Pada saat itu, siswa dapat lulus dalam waktu 8-9 tahun atau lebih, sedangkan waktu ‘umumnya’ hanya 4-5 tahun.
Sebelum menyelesaikan teori atau usaha terakhirnya, tentunya siswa pada saat itu cenderung mencari pekerjaan terlebih dahulu. Mereka memanfaatkan strategi biaya pendidikan dasar PTN bagi siswa pada masa proposal atau tugas terakhir.
Daripada mengurus proposal, siswa membayar biaya pendidikan, pekerjaan, dan pekerjaan yang cukup rendah, sambil tetap bertahan dengan siswa.
Untuk mengatasi keanehan ini, pemerintah menawarkan pinjaman mahasiswa yang disponsori. Aset tersebut diambil dari keuntungan yang mengejutkan karena tingginya harga minyak pada saat itu.
Sumber daya ini digunakan untuk membantu kebutuhan siswa agar mereka dapat berhenti bekerja terlebih dahulu, didorong untuk fokus menyelesaikan setiap tugas terakhir dan persyaratan kelulusan lainnya, dan pada akhirnya dapat lulus dalam waktu sesingkat mungkin.
Pinjaman Mahasiswa Sarjana
Pilihan pinjaman pelajar KMI dibatasi hanya untuk pelajar yang telah memasuki tahap akhir sekolah. Status sebagai siswa pada tahap tugas terakhir pada saat itu sering kali merupakan syarat untuk mendapatkan bantuan pendidikan, dengan pengecualian hibah obligasi administrasi.
Pada saat itu, sekolah pelatihan KMI juga membuka SKS bagi siswa yang telah menyelesaikan 90-110 SKS. Setelah tahun 1985, KMI dibuka bagi mahasiswa yang telah menyelesaikan 110-120 SKS dari total 140 atau 160 SKS, atau mahasiswa yang telah memasuki tahun studi keempat atau kelima.
Persyaratan KMI lainnya adalah surat pernyataan mengenai dana mahasiswa yang disahkan oleh otoritas setempat setempat, surat wasiat kesehatan dari dokter, dan surat usulan dari rektor, kebiasaan buruk rektor usaha mahasiswa, atau pejabat ketenagakerjaan.
Saat itu, biaya pendidikan di PTN berkisar Rp375 ribu – Rp562 ribu setiap tahunnya. Jumlahnya di bawah 20% dari total pengeluaran siswa selama studi, yang juga termasuk biaya hidup dan biaya.
Besaran kredit pelatihan KMI paling ekstrim adalah Rp 750 ribu setiap tahun untuk S1, Rp 1,5 juta untuk S2, dan Rp 2,5 juta untuk S3. Preminya 6% setiap tahun.
Ketika Anda lulus, pengakuan Anda harus disimpan oleh bank sebagai asuransi. Namun strategi ini kurang efektif karena untuk mencari pekerjaan, lulusan pendidikan tinggi tidak perlu memiliki bukti asli, cukup salinannya saja.
Pengesahan pinjaman mahasiswa KMI juga harus disetujui oleh orang tua/penjaga mahasiswa dan rektor. Uang muka ini dilindungi oleh perlindungan pemerintah Askrindo apabila siswa yang bersangkutan meninggal dunia atau menjadi cacat selamanya.
Kredit tersebut harus diganti dalam waktu paling ekstrim 10 tahun. Bagaimanapun, siswa seharusnya sudah mengurus kemajuan dalam 5-7 tahun.
Angsuran porsi KMI dibayarkan oleh lulusan sekolah ke cabang BNI atau bank lain. Jika alumni menjadi pegawai negeri, pemerintah dapat langsung memotong sebagian uang dari gajinya setiap hari.
Biaya pembayaran terjadwal rutin KMI terbesar tidak boleh melebihi 30% dari total gaji kotor. Namun tarif porsinya biasanya lebih rendah dari tarif tersebut, tepatnya sekitar Rp 10 ribu – Rp 20 ribu, yaitu sekitar 15% dari total gaji CPNS pada tahun pokok kerja.
Selain itu, tingkat gagal bayar KMI secara umum akan tinggi. Salah satunya karena peminjam setelah lulus bisa pindah kemana saja di Indonesia. Sertifikatnya juga tidak disimpan di bank, melainkan hanya salinannya saja.
Pengakhiran KMI
Berakhirnya KMI juga dipengaruhi oleh berbagai keadaan, misalnya pengaturan ulang keuangan dan penurunan harga minyak pada tahun 1980-an.
Demikian pula, sistem kredit semester yang dimulai pada pertengahan tahun 1980-an jelas membantu perguruan tinggi dalam memberdayakan siswa untuk lulus dengan cepat hanya dalam waktu 5-6 tahun. Di sisi lain, kerangka ini juga membuat KMI kurang dapat diterapkan untuk beberapa siswa.
Kecepatan mahasiswa lulus tanpa diberi energi oleh KMI juga dipengaruhi oleh gig market saat itu. Sebelumnya, jumlah lulusan sekolah menengah sedikit dan otoritas publik semakin berkembang, sehingga otoritas publik menjadi pencari utama bagi lulusan pendidikan lanjutan.
Peningkatan jumlah penduduk dan strategi Inpres SD dikenang akan menghasilkan lebih banyak generasi muda yang memasuki sekolah dan pendidikan lanjutan. Pada pertengahan tahun 1990-an, kebutuhan akan pekerja sektor swasta semakin meningkat. Bagaimanapun, yang dicari adalah lulusan yang menguasai suatu bidang.
Dengan kelebihan pasokan lulusan pendidikan lanjutan, tingkat pengangguran lulusan sekolah menengah semakin meningkat. Atas situasi ini, KMI dinilai belum mengantisipasi dengan baik laju pengangguran lulusan pendidikan lanjutan.
Kredit perguruan tinggi bisnis
Untuk menarik mahasiswa pascasarjana, perguruan tinggi bisnis bekerja sama dengan bank untuk memberikan kredit. Pada tahun 1984, misalnya, Bank Duta yang rahasia bekerja sama dengan perguruan tinggi bisnis IPMI untuk memberikan kredit bisnis kepada mahasiswa di sana.
Kemungkinan terjadinya Expert Understudy Loan (PSL) di atas bermula dari perkembangan moneter Indonesia karena komoditas yang memberdayakan kebutuhan tenaga kerja tingkat direktur pusat dan atas. Wilayah rahasia juga menampung perguruan tinggi bisnis pascasarjana, namun biayanya umumnya mahal karena pekerjaan staf asing dan afiliasi dengan perusahaan asing.
Sebagai gambaran, biaya pendidikan sarjana di PTN pada saat itu berkisar Rp. 280 ribu-Rp. 275 ribu, pada mengemudi PTS sekitar dua kali lipatnya. Sementara itu, di Pakar Pengurus Perguruan Tinggi Indonesia (MMUI) yang dibuka pada tahun 1998, biaya pendidikan mencapai Rp 9,5 juta – Rp 19 juta.
Pada saat MMUI pertama kali dibuka, hanya satu bank yang memberikan pinjaman kepada mahasiswa. Namun, pembebasan perbankan pada tahun 1988 meningkatkan jumlah bank rahasia baru, yang dengan demikian memberikan lebih banyak pilihan bagi siswa. Pada tahun 1991, mahasiswa MMUI dapat mengajukan pinjaman pendidikan ke tiga bank.
Kredit bisnis PSL memberikan uang muka sebesar 70-100% dari biaya pendidikan. Pinjaman pelajar ini membebankan pendapatan agak di bawah tingkat pasar pada saat itu, yaitu sekitar 18-23,5 persen setiap tahun pada tahun 1991.
Lulusan perguruan tinggi bisnis diberikan istirahat selama 15 tahun dua tahun sebelum diharapkan untuk membayar. Jangka waktu kredit keseluruhannya sekitar 3-5 tahun.
Jaminan pinjaman pelajar ini mencakup konfirmasi, otentikasi kepemilikan tanah, dan kendaraan. Kadang-kadang peminjam dibebaskan dari asuransi karena lulusan perguruan tinggi bisnis pada saat itu dipandang sangat dikejar oleh para manajer sehingga mereka tidak akan gagal bayar.
Meski begitu, PSL juga mensyaratkan alasan siswa untuk menyetujui berbagai pengaturan. Misalnya menyetujui untuk memegang ijazah alumni atau memberikannya kepada bank sebagai jaminan. Prasyarat lainnya adalah mahasiswa yang bersangkutan harus membuka catatan di bank pemberi pinjaman, atau mengirimkan slip kompensasi.
Praktek PSL konon tidak menemui banjir gagal bayar seperti KMI. Selain konsistensi lulusan dalam membayar kredit, penjelasan tersebut diyakini sebagai akibat langsung dari hal ini
sanksi, mengingat deklarasi untuk media.
Pinjaman Understudy di Bank dan Fintech
Pada tahun 2018, Presiden Joko Widodo merekomendasikan agar bank-bank di Indonesia memberikan semacam pinjaman pendidikan untuk pelajar. Pada April 2018, bank yang memberikan kredit pelatihan antara lain Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara.
Usulan pinjaman mahasiswa ini sempat dipertanyakan oleh Pendeta Eksplorasi dan Pendidikan Lanjutan (Menristekdikti) saat itu, M Nasir. Hal ini karena alumni Indonesia diperkirakan akan gagal memenuhi kewajibannya, seperti yang terjadi pada pinjaman mahasiswa Amerika, yang berisiko mengganggu perekonomian Indonesia, dikutip dari situs SMERU Exploration Foundation.
Pada tahun 2019, startup yang dimotori Dinas Eksplorasi dan Inovasi/BRIN, DANAdidik, memberikan kredit berupa uang untuk biaya pendidikan, persiapan, dan konfirmasi, seperti dikutip dari situs Kemdikbud. Dikutip dari laman Johnson and Johnson Effect Adventures, fintech kredit pada Walk 2022 ini telah mensubsidi seluruh pelatihan sekitar 750 siswa dengan membebankan biaya dan biaya pinjaman.
DANAdidik saat ini sedang menyelesaikan penyebaran aset seperti yang terlihat di situs aslinya. Berdasarkan informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), fintech ini juga umumnya tidak terdaftar di OJK.
sumber berita: https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-7164554/student-loan-di-indonesia-sudah-ada-sejak-1982-begini-sejarahnya