Salah Tafsir Calistung dan Pendidikan Yang Gagap

Next-Level-Study.com-Kita tidak dapat mengharapkan anak-anak harus berlari sebelum mereka dapat berjalan, demikian pula kita tidak dapat mengkondisikan anak-anak untuk berpikir sebelum mereka dapat berbicara. Di bawah pengaruh posisi pendidikan kita yang kendur, latihan pengembangan kecakapan di lapangan terjadi secara cepat dan tidak teratur, terutama bagi anak usian dini.

Anak usia dini yang pada awalnya seharusnya membentuk kepribadian dan kekuatan fantastis mereka yang digerakkan melalui permainan, kini diubah menjadi terbiasa membaca, mengarang, dan juggling angka (calistung) dengan menggunakan strategi latihan. Yang pasti, tingkat pendidikan generasi muda Indonesia masih rendah. Kemampuan membaca siswa Indonesia berada pada peringkat ke-71 dari 76 negara (OECD, 2019). Terdapat 50% atau sebagian besar dari seluruh siswa di Indonesia yang tidak mencapai nilai kemampuan dasar dan kemampuan berhitung.

Namun, mendidik calistung sejak awal dengan menggunakan teknik bor tanpa berfokus pada bagian-bagian perkembangan anak akan sangat menyulitkan anak di kemudian hari, seperti halnya ketika produk organik belum siap, produk tersebut akan dikarbonisasi sehingga menjadi matang. dengan cepat dan produk alami akan membusuk tanpa masalah.

Banyak orang tua dan pendidik lebih khawatir karena anak-anak mereka tidak bisa membaca, menulis, dan bermain angka dibandingkan anak-anak yang tidak bisa menggambar, berbagi, dan perkembangan mendalam lainnya. Meski pembelajaran calistung dengan strategi latihan dilarang di PAUD, para wali justru mencari kursus di luar jam sekolah. Mereka khawatir akan kemungkinan anak-anak mereka yang tidak bisa calistung tidak bisa melanjutkan ke sekolah #1 milik orang tua mereka.

Tes calistung memang dilarang untuk masuk SD, namun praktis beberapa sekolah yang dianggap pilihan utama justru menyelesaikannya. Pemanfaatan tes masuk sekolah yang paling digandrungi harus melalui tes calistung, sehingga wali memutuskan untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga kursus.

Para pendidik PAUD khawatir akan kemungkinan wali murid tidak akan curhat kepada organisasinya karena mengabaikan ekspektasi orang tua; Untuk menghindari pembatasan calistung yang menggunakan teknik bor, banyak pendidik PAUD juga mengadakan kelas calistung di luar jam sekolah.

 

Dampak Negatif

Begitulah kesimpangsiuran PAUD tentang calistung yang terjadi di lapangan. Akibat yang merugikan Remaja yang dididik calistung dengan teknik bor sejak PAUD mempunyai akibat yang merugikan, misalnya anak mudah cemas, gangguan jiwa, dan mudah membuat keributan (Apriyanti dan Aprianti, 2023). Strategi calistung yang berpusat pada wawasan ilmiah dari generasi muda hanya membawa keuntungan sesaat namun berubah menjadi bahaya jangka panjang bagi anak-anak (Lipsey et al., 2018). Salah tafsir ini terus menjadi perhatian publik (Lestari dan Puji; Pada, 2023).

Menurut laporan Joan Almon dkk, Membaca bimbingan di taman kanak-kanak: Sedikit yang didapat dan banyak yang rugi (2015), anak-anak yang dididik membaca dengan teliti dari taman kanak-kanak memberikan sedikit keuntungan namun memiliki konsekuensi buruk jangka panjang. (Seperti yang diharapkan), namun manfaat mendasar ini hilang dalam satu hingga tiga tahun, dan setidaknya dalam beberapa pemeriksaan, pada akhirnya dialihkan.

 

Mungkin yang lebih buruk daripada tidak adanya manfaat pendidikan jangka panjang dari bimbingan ilmiah awal adalah bukti bahwa bimbingan tersebut dapat membawa dampak buruk jangka panjang, khususnya dalam bidang sosial dan kejadian-kejadian dekat.

Selama tahun 1970-an, pemerintah Jerman mendukung fokus cakupan yang sangat besar yang diperlukan untuk membedakan antara anak-anak yang pendidikannya menekankan permainan dan mereka yang pendidikannya lebih fokus pada informasi ilmiah. Ada 50 lulusan TK berbasis permainan yang diamati, setelah beberapa waktu, dengan 50 lulusan TK berbasis skolastik.

Oleh karena itu, anak-anak yang sejak dini dibesarkan dengan konsentrasi skolastik kurang cakap dalam membaca dan berilmu serta kurang seimbang secara sosial dan batin. Akhirnya, Jerman selangkah demi selangkah beralih dari taman kanak-kanak yang berpusat pada skolastik ke taman kanak-kanak berbasis permainan (Dear Hammond, Linda, dan Jon Snyder, Educational program Studies and the practice of request: The Logical Custom, 1992).

Keahlian anak kecil di Indonesia sangat terfokus pada bermain sekaligus belajar. Pemerintah telah melarang tes calistung bagi siswa sekolah dasar sehingga generasi muda pada tingkat PAUD dapat belajar calistung dengan menggunakan teknik bor yang sudah dikenal. Meski begitu, ternyata masih sedikit sekolah yang melakukan boikot ini pada dasarnya di lapangan.

Masih banyak anak muda yang harus masuk sekolah dasar dan harus mengikuti tes kemahiran dan berhitung. Hal inilah yang membuat para anak-anak tetap mencari kursus calistung bagi anaknya meskipun di sekolah PAUD hal tersebut tidak diberikan. Alam Semesta Permainan Realitas anak muda adalah dunia permainan.

 

Dunia Bermain

Dengan bermain, anak-anak menyelidiki, meneliti, mengungkap, dan mengeksplorasi menggunakan kelima deteksi mereka. Dengan bermain dengan pikiran kreatif, membuat dan menyempurnakan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan oleh orang dewasa.

Dengan bermain, anak-anak benar-benar belajar. Tugas guru dan wali adalah memberikan bantuan kepada anak-anak dalam bermain sehingga mereka dapat bermain dengan jujur, logis, dan juga berguna untuk belajar menulis dan berhitung. Bermain sekaligus belajar dapat menghidupkan sudut pandang belajar bahasa dan mental anak, khususnya pada area belajar calistung.

Guru dan wali dapat melibatkan benda apa saja sebagai wahana bermain. Sejak saat itu, kapasitas calistung generasi muda disegarkan melalui latihan-latihan yang berorientasi pada konteks dan bermakna, misalnya menulis nama sendiri pada proyek kerja; menuliskan nama, tanggal, bulan dan tahun lahir; menghitung memanfaatkan batu; mengurutkan jenis tanah dan bentuk batuan.

Anak-anak belajar calistung melalui artikel-artikel yang bermakna sehingga anak-anak tidak hanya sekedar menghafal, namun juga selalu memahami apa yang sedang dilakukan. Bermain sambil belajar tidak hanya logis dan bermakna, namun juga dapat mendorong transformasi pada tahap anak dan peningkatan perkembangan bahasa dan mental.

Pada bagian bahasa ekspresif, sebelum dapat membaca anak harus melalui tahap mimpi, tahap pengembangan ide diri, tahap pemahaman gambar, tahap presentasi membaca dan tahap pemahaman familiar (Connie Christine Mayer, 2015) . Tahapan-tahapan yang dicatat dalam bentuk hard copy meliputi tulisan anak-anak, pencatatan yang terkoordinasi, pengulangan garis dan bentuk huruf, serta latihan huruf.

Semua kegembiraan untuk sudut pandang bahasa dan mental bergantung pada pertimbangan tahap-tahap formatif anak, baik dalam hal pemberian materi hingga perasaan awal latihan dan dukungan dalam latihan. Bermain sambil belajar dengan bantuan orang dewasa bertujuan untuk menghidupkan sudut pandang bahasa dan mental, namun juga merancang atau merencanakan sudut pandang dan perspektif kreatif.

Semua sudut pandang dikoordinasikan, digabungkan dalam serangkaian latihan. Suatu tindakan dapat mengandung sudut pandang yang kompleks, misalnya ketika anak membuat dan merencanakan layang-layang, anak belajar cara mengiris yang dihubungkan dengan gerakan halus yang terkoordinasi, memisahkan dan menyusun layang-layang yang dihubungkan dengan sudut pandang mental, mengetahui cara membuat layang-layang. pekerjaan yang berhubungan dengan gagasan tentang keadaan dan hasil logis, dan mencatat berbagai jenis layang-layang. macam layang-layang yang berhubungan dengan bahasa.

Ujian mendasar dalam bermain terletak pada guru dan wali. Keterampilan guru dalam menciptakan jarak dengan teknik pembelajaran calistung merupakan ujian tersendiri. Guru memerlukan waktu dan interaksi karena sudah lama terlibat dalam teknik bor dalam pembelajaran calistung. Wali juga menghadapi kesulitan yang tidak kalah pentingnya. Para orang tua merasa stres dan resah jika anaknya di tingkat Taman Kanak-Kanak belum bisa lulus, sehingga tak terhitung banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan.

Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan dan penguatan upaya bersama antar satuan instruktur, khususnya instruktur dan wali, untuk membangun pemahaman yang khas tentang fase-fase peningkatan calistung. Upaya terkoordinasi ini penting karena dalam perjalanannya, banyak orang tua yang merasa di sekolah tidak mengikuti acara Calistung, sehingga mereka mencari lembaga pendampingan Calistung yang unik. Pada akhirnya, anak-anak akan terluka. Guru dan wali perlu membangun kesamaan pandangan mengenai strategi pembelajaran calistung

Sumber Berita: https://news.detik.com/kolom/d-7243417/salah-kaprah-calistung-dan-kegagapan-pendidikan.

 

 

6 komentar untuk “Salah Tafsir Calistung dan Pendidikan Yang Gagap”

  1. I have read your article carefully and I agree with you very much. This has provided a great help for my thesis writing, and I will seriously improve it. However, I don’t know much about a certain place. Can you help me?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top