permaskahan matematika

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA1

 

permasalahan pembelajaran matematika
permasalahan pembelajaran matematika

melani Putri Nugraha
Program Studi Pendidikan Matematika,Universitas Indraprasta PGRI
putrimelani828@gmail.com

Abstrak. permasalahan pembelajaran matematika sangatlah sulit di hillangkan karena banyak yang berpendapat bahwa Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah dengan presentase jam pelajaran yang paling banyak dibanding dengan mata pelajaran yang lainya. Ironisnya, matematika termasuk pelajaran yang tidak disukai banyak siswa. Bagi mereka pelajaran matematika cenderung dipandang sebagai mata pelajaran yang “kurang diminati” dan “kalau bisa dihindari”. Ketakutan-ketakutan dari siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, melainkan kurangnya kemampuan guru dalam menciptakan situasi yang dapat membawa siswa tertarik pada matematika. Banyak peserta didik di semua tingkat pendidikan di negara-negara berkembang memiliki masalah dalam pembelajaran matematika (Mundla, 2012). Masalah yang timbul disebabkan oleh masalah dari dalam dan dari luar diri peserta didik. Masalah akademik dan pribadi peserta didik dalam lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dan diselesaikan dalam sejumlah cara yang berhubungan dengan psikolog pendidikan, konselor sekolah, dan penelitian pendidikan. Biasanya, masalah peserta didik cenderung banyak, beragam dan kompleks dan membutuhkan interdisipliner pendekatan untuk memahami mereka secara memadai.

Kata kunci (permasalahan, pembelajaran, matematika, SMP)

Pendahuluan
Banyaknya permasalahan pada pendidikan matematika di Indonesia merupakan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan tesebut berpadu menjadi suatu kegiatan yang membuat terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru dan sesama peserta didik disaat berlangsungnya proses belajar di sekolah (Sahudin, 2014).
Problematika pembelajaran matematika dapat disebabkan oleh faktor dari peserta didik maupun guru. Salah satu faktor guru yang menimbulkan problematika dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya penguasaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam setiap kelas yang berbeda.

Kajian literatur
Problematika atau masalah adalah sesuatu yang dibutuhkan penyelesaian karena terdapat ketidaksesuaian antara teori yang ada dengan kenyataan yang terjadi.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Matematika sebelumnya disebut ilmu hisab adalah ilmu yang mempelajari besaran, struktur, ruang, dan perubahan.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9.
Metode

Kepustakaan atau pengambilan data. Metode ini sebagai sumber dan bahan dalam penulisan yang berhubungan dengan permasalahan yang dikemukakan.

Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan yaitu belajar dan mengajar. Kedua kegiatan tesebut berpadu menjadi suatu kegiatan yang membuat terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru dan sesama peserta didik disaat

   berlangsungnya proses belajar di sekolah. Proses pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dalam dunia pendidikan yang patut diperhatikan, direncanakan dan dipersiapkan, karena pembelajaran merupakan penentu utama dalam keberhasilan pendidikan.
Proses belajar mengajar matematika berhubungan dengan banyak konsep. Konsep matematika memiliki hubungan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Peserta didik menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, karena sifatnya yang abstrak. Pada pembelajaran matematika penguasaan konsep menjadi salah satu permasalahan yang sering muncul di sekolah menengah pertama.
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam menyampaikan materi dapat membuat proses belajar mengajar cenderung tidak efektif. Banyak peserta didik di semua tingkat pendidikan di negara-negara berkembang memiliki masalah dalam pembelajaran matematika. Masalah yang timbul disebabkan oleh masalah dari dalam dan dari luar diri peserta didik.

Masalah berkaitan dengan Metode Pembelajaran Matematika, antara lain :

 Kurang Dikaitkan dengan Pengalaman Sehari-hari
Dalam membangun pengetahuan, pengalaman sehari-hari sangat penting dipakai sebagai jembatan. Konsep (pengetahuan) akan mudah dipahami manakala guru mampu mengaitkan, mengasosiasikan, dan menganalogikan dengan pengalaman sehari-hari siswa. Ketika memulai pembelajaran, topik baru, dan bahkan pada latihan soal, pengaitan penjelasan dengan pengalaman sehari-hari siswa akan memberikan banyak manfaat bagi tujuan pembelajaran itu sendiri. Setidaknya ada dua manfaat dari upaya pengaitan pembelajaran Matematika dengan pengalaman siswa.

Pertama, berdasarkan pengalaman, siswa dapat mengkontruksi pengetahuan yang diperolehnya secara lebih baik. Informasi akan menjadi pengetahuan baru, bila sesuai dengan sistem mental yang ada (pengalaman) atau sistem yang ada disesuaikan dengan informasi yang ada.

Kedua, pembelajaran Matematika yang dikaitkan dengan pengalaman hidup akan memberi kesempatan siswa untuk melakukan refleksi sehingga mampu menyentuh ranah afektif seorang siswa. Siswa akan lebih menghargai Matematika sebagai “alat” penting dan bermanfaat dalam kehidupannya.

 Keterangan Guru Terlalu Jelas
Sering terjadi guru menerangkan suatu konsep terlalu jelas. Mungkin dalam hal ini guru menganggap siswanya memerlukan semua keterangan itu atau bahkan guru ingin menguasai kelas. Ketika siswa memerlukan bantuan guru dalam pemecahan masalah pun sering guru tidak berperan sebagai “penuntun”, melainkan menyelesaikan sendiri masalah tersebut secara tuntas. Keterangan yang terlalu jelas bagi siswa akan mengurangi kepuasan siswa. Kepuasan menyelesaikan sendiri persoalan yang dihadapnya menjadi hilang. Nampaknya, pemberian “clue”, “hint”, atau pertanyaan menuntun pada saat siswa menemui kesulitan dalam memecahkan masalah merupakan langkah yang bijaksana.

 Jarang Ada Guru yang Menerapkan Pembelajaran dengan Kerja Kelompok
Dalam praktik pembelajaran di kelas, kerja kelompok –seperti misalnya cooperative learning – jarang sekali diterapkan, bahkan sebagian besar sekolah justru tidak pernah menerapkan. Selain adanya kekurangberanian guru menerapkan metode pembelajaran kelompok, beberapa guru yang telah mencoba melaksanakannya menuai berbagai kekecewaan. Salah satu contoh, misalnya, hanya satu atau dua siswa saja yang mengerjakan, sementara yang lain tidak melakukan apa-apa. Belajar kelompok dapat mengisi kelemahan belajar secara individual dan dapat mengakomodasikan gaya belajar yang berbeda-beda. Interaksi dengan teman sebaya, terutama yang lebih mampu, akan membantu 9 siswa bersangkutan untuk memecahkan masalah belajarnya.

 Menekankan Drill dan Kurang Mengembangkan Daya Nalar Guru lebih intens dalam menggunakan drill dengan pertimbangan bahwa soal menggunakan bentuk soal yang sesuai dengan drill, yaitu soal bentuk pilihan ganda. Dalam pemecahan masalah, siswa tidak dibiasakan atau dikondisikan untuk berlatih menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang logis dan sistematis. Umumnya guru tidak cukup sabar untuk mencermati langkah-langkah jawaban siswa. Dengan demikian banyak siswa yang lebih memilih jalan pintas tanpa mengetahui proses mendapatkan jawaban.

 Meminta Siswa Menghafal Rumus
Menghafal rumus ataupun definisi masih sering ditekankan guru pada siswanya. Walaupun pemahaman belum dimiliki dengan baik, hafalan diberikan guru sebagai jalan pintas. Jalan pintas melalui hafalan dilakukan dengan pertimbangan bahwa pemahaman akan dibenahi melalui latihan soal pada tahap berikutnya. Dengan hafalan, sangat mungkin pemahaman yang diperoleh tidak mantap. Pemahaman yang tidak mantap akan mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan pada masalah sehari-hari. Dengan demikian, hafalan seharusnya diberikan setelah siswa memperoleh pemahaman. Di samping itu, hafalan seyogyanya dibatasi hanya pada istilah-istilah, notasi, definisi, prosedur, dan algoritma. Agar hafalan dapat bertahan lama dalam memori dan mudah “dipanggil” kembali, guru dapat menggunakan berbagai metode menghafal yang sesuai.

 Masalah Berkaitan dengan Pengelolaan Kelas
• Keberanian bertanya kurang (pasif)
• Pengaturan Tempat Duduk dan Ruangan yang Formal

Kesimpulan dan saran
Salah satu faktor guru yang menimbulkan permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya penguasaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam setiap kelas yang berbeda. Dalam permasalahan matematika sekolah terdapat macam-macam diantaranya: Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada kurikulum, Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada konten, Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada pendagogi, dan Problematika matematika sekolah yang didasarkan pada penilaian.
Solusi dalam problematika yaitu di dalam proses pemecahan masalah. Salah satu diantaranya adalah ia tidak mempunyai gambaran tentang penyelesaiannya tetapi berkeinginan untuk menyelesaikannya, maka dapat dikatakan orang tersebut berhadapan dengan suatu masalah.

Daftar rujukan
a. Untuk sumber dari internet
     http://eprints.ums.ac.id/11687/2/BAB_I.pdf

 http://repository.widyamandala.ac.id/480/1/pak%20dwi%20priyo.pdf

 http://ejurnal.budiutomomalang.ac.id/index.php/prismatika/article/view/510

 https://sitichotijah269.wordpress.com/tugas-kuliah/tugas-internet-desing/artikel-pendidikan-matematika-di-smp/

 https://onlinelearning.uhamka.ac.id/pluginfile.php/526652/mod_resource/content/1/Makalah%20problematika%20matematika%20sekolah_7G_kel%206….pdf
– https://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/view/688

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA1 Read More »