Memberdayakan Pelatihan Berkualitas Terkait Digitalisasi

Sumber Gambar : https://ied.eu/blog/digitization-in-education/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Pemanfaatan inovasi komputerisasi untuk memperkuat sistem sekolah atau yang biasa disebut “digitalisasi pelatihan” menjadi perhatian pertama untuk mendukung kemajuan kemajuan. Namun, banyak orang yang meyakini bahwa lembaga pendidikan dan pendidik berada di belakang sektor masyarakat lainnya dalam pemanfaatan teknologi digital.

Belyaeva L.A., peneliti pendidikan dari Universitas Pedagogis Negeri Ural di Yekaterinburg, Rusia, pada tahun 2020 menyatakan bahwa definisi baru pendidikan berkualitas harus dipahami dalam konteks digitalisasi. Pemahaman baru ini dibawa ke dunia dari cara berpikir instruktif dan penalaran akademis lain yang memiliki kualitas model instruktif.

Pertama, karena faktor-faktor nyata baru yang terkait dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh dorongan dalam inovasi tingkat lanjut. Kedua, kontradiksi saintisme dan anti sains, teknokratisme dan humanisme tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan setiap individu dalam pengembangan holistik dan pembentukan dunia spiritualnya.

Hambatan bagi Indonesia Bukanlah tugas yang mudah bagi Indonesia untuk membangun pendidikan berkualitas, khususnya dalam konteks digitalisasi. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergelut dengan permasalahan mendasar berikut ini:

Pertama, Indonesia belum memberikan kebutuhan yang tinggi terhadap Sekolah Remaja. Berdasarkan informasi dari Asian Improvement Bank (ADB), pemerintah Indonesia hanya mengalokasikan 1,2 persen anggaran pendidikannya untuk pengembangan pendidikan generasi muda.

Kedua, tidak semua orang di Indonesia mengenyam pendidikan dasar. Ketiga, Indonesia belum memiliki metode pengalokasian dana yang efisien. ADB melihat hampir tidak ada keterusterangan dalam hal keuangan sehubungan dengan pendidikan di tingkat lokal di Indonesia.

Hal ini tercermin dari laporan yang menunjukkan bahwa 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi kebutuhan pedoman bantuan dasar. Keempat, Indonesia belum memiliki sistem pelatihan vokasi yang unggul. Sampai saat ini, pendidikan dan pelatihan profesional khusus masih terisolasi antara pemerintah pusat, wilayah lokal/perkotaan, dan wilayah rahasia.

Selain itu, ketidaksetaraan gender masih terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, dengan tingkat melek huruf perempuan hanya setengah dibandingkan laki-laki. Dalam hal digitalisasi, pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Berdasarkan Financial Expert Insight Unit (2020), Indonesia berada di peringkat 61 dari 100 negara dalam hal tingkat pendidikan dan ketersediaan penggunaan internet. Hambatan lainnya adalah aksesibilitas koneksi internet, kekuasaan, ketatnya struktur atau ruang belajar, kurangnya perpustakaan, dan terbatasnya buku untuk membantu pembelajaran.

Persoalan lainnya adalah sebagian besar pendidik, khususnya yang lahir di bawah tahun 2000, masih belum memiliki keterampilan inovatif. Selain itu, program pendidikan pelatihan di Indonesia, termasuk program Autonomous Learning Educational, belum mencapai kemajuan pesat dalam inovasi komputerisasi secara ideal.

Mewujudkan Pendidikan Bekualitas

Untuk mewujudkan pendidikan terkomputerisasi yang berkualitas, kita harus melakukan banyak upaya untuk mempersiapkan para pendidik agar mereka memiliki pemahaman dan kemampuan di bidang inovasi tingkat lanjut. Kita pun memerlukan SDM yang mumpuni untuk mengubah program pendidikan agar memiliki muatan inovasi tingkat lanjut yang memuaskan.

Apapun keadaannya, kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus melangkah maju agar tidak tertinggal dari negara lain. Berbagai tuntutan dari luar sebagaimana tergambar di atas hendaknya menjadi inspirasi yang menggelorakan tenaga dan kewajiban kita untuk membentuk sistem pendidikan yang bermutu dan inovasi komputerisasi menjadi “jiwa” pendidikan publik kita.

 

Sumber berita: https://radarmalang.jawapos.com/opini/814055892/mendorong-pendidikan-berkualitas-dalam-konteks-digitalisasi

2 komentar untuk “Memberdayakan Pelatihan Berkualitas Terkait Digitalisasi”

  1. Another study, a large prospective trial of 5, 200 fractures among 140, 000 postmenopausal women in the United Kingdom, found that while there was a decrease in fracture risk at all sites in patients currently on estrogen, there was no decrease in risk in past users of hormone therapy, even those who had discontinued use within the past year Banks et al buy priligy 30mg

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top