Education

Kemajuan Pendidikan Merupakan Indikasi Kekuatan Suatu Negara

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Pendidikan merupakan salah satu landasan dasar suatu bangsa, sebagaimana tertuang dalam Peraturan No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyatakan “Persekolahan adalah suatu usaha sadar dan tertata untuk menjadikan suasana belajar dan pengalaman pendidikan sehingga peserta didik secara efektif memupuk kemampuannya untuk mempunyai kekuatan, kebijaksanaan, budi pekerti, pengetahuan, etika yang terhormat dan kemampuan yang diperlukan tanpa orang lain, masyarakat, negara dan negara.” Di negara yang pendidikannya maju, tentu bidang-bidang lain pun akan mengikuti.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Misalnya, untuk mencapai perekonomian yang stabil atau perekonomian yang solid, kita memerlukan seorang investor yang bijak yang memahami perkembangan pasar global, memahami mata uang terkomputerisasi, dan strategi moneter lainnya.

Seorang ekonom cerdas sekaliber ini tidak akan diproduksi atau dilahirkan secara alami; sebaliknya, hal ini memerlukan proses panjang yang melibatkan berbagai tahapan, pengalaman, dan evaluasi. Hal ini jelas diperoleh dari berbagai tingkat pengajaran dari tingkat dasar hingga tingkat tersier. Di sinilah tugas pelatihan benar-benar menentukan nasib seseorang atau bahkan suatu negara.

Tentu saja sistem pendidikan yang baik juga akan berdampak pada proses pendidikan yang baik. Kami mengkaji sistem pendidikan di negara-negara maju dengan pendidikan maju, seperti Inggris. Tak disangka, di negeri ini banyak terdapat perguruan tinggi yang tak terbantahkan lagi popularitasnya, khususnya College of Oxford, Cambridge, School London, dan lain sebagainya.

Banyak sekali intelektual, politisi, ekonom, dokter, seniman, dan orang-orang hebat lainnya yang lahir di sini. Tentu saja, hal ini menjadi lebih baik dengan sistem pendidikan dan kurikulum yang baik yang tidak hanya berfokus pada seberapa baik siswa dalam ujian tetapi juga pada keterampilan yang mereka miliki. mendidik.

Selain itu, filosofi pendidikan “Test Less, Learn More” (lebih sedikit tes, lebih banyak belajar) dijunjung tinggi di Finlandia. Selain itu, guru di Finlandia memiliki kualifikasi yang memadai, termasuk gelar Master.

Di dalam kelas juga terdapat tiga orang pendidik yang memiliki kewajiban, yakni dua orang memusatkan perhatian pada materi contoh dan satu orang membantu siswa yang terlambat dalam ilustrasinya.

Kemudian, pada saat itu, di Amerika, rata-rata siswa di Amerika sebelum memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, mereka akan bertemu dengan konsultan atau pemandu instruktur. Hal ini sangat tepat dilakukan agar mereka mendapat arahan dalam menentukan jenjang pendidikan yang lebih tinggi yang sesuai dengan kelebihan dan bakat siswanya.

Cara yang paling umum dalam menjalani pendidikan nantinya akan berdampak pada cara berpikir seseorang di kemudian hari, sehingga dapat dirasakan dengan baik bagaimana sekolah kritis dalam menunjang kemajuan suatu negara. Bahkan pelatihan pun menjadi tolok ukur seberapa besar kemajuan yang telah dicapai suatu bangsa.

Apabila pendidikan di suatu negara lemah, hal ini merupakan tanda lemahnya suatu negara. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap warga negara untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam pendidikan, bukan hanya terpaku pada nilai yang tertulis sebagai variabel atau hasil ujian tanpa mempertimbangkan bagaimana nilai hasil belajar itu diperoleh atau dicapai dengan jujur atau tidak. curang.

Kita tidak membutuhkan individu-individu yang cerdik, namun kita membutuhkan individu-individu yang sah. Hal ini akan sangat mempengaruhi nasib seseorang yang lulus dengan tidak hati-hati, nanti kita akan melihat banyak pasien meninggal karena dokter yang eksploitatif, banyak bangunan yang rusak karena juru gambar yang menipu, banyak kerugian finansial karena pemegang buku yang tidak dapat dipercaya, banyak koruptor. Apa yang terjadi adalah karena aktivitas pemerintah yang menipu, kita kehilangan keadilan ketika posisi hakim dipegang oleh seorang hakim yang lulus dengan buruk, dan individu mungkin akan sangat menderita jika mereka mendapatkan presiden yang tidak dapat dipercaya. Sehubungan dengan itu, semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara semuanya akan mendorong terjadinya pendidikan di sekolah.

Tidaklah salah jika mengatakan bahwa memperbaiki suatu negara yang dirugikan dimulai dengan memperbaiki pendidikannya, dan sebaliknya, jika Anda ingin melihat kehancuran suatu negara, Anda tidak perlu menjatuhkan bom atom. , namun pada dasarnya melenyapkan dan mengganggu sistem persekolahan, maka bangsa ini akan musnah tanpa ada orang lain. Maka tugas kita adalah sebagai anggota masyarakat yang produktif, yang berpandangan bahwa bangsa ini harus berdiri kokoh dan, yang mengejutkan, bisa disejajarkan dengan negara-negara hebat lainnya. Baik dari sudut pandang finansial maupun politik. Kami mulai dengan mengerjakan sekolah di negara kami. Meskipun saat ini tidak semua dari kita adalah pendidik, pada dasarnya kita harus memiliki aturan bahwa setiap tempat adalah sekolah dan kita semua adalah guru, pada dasarnya pendidik bagi keluarga kita atau lingkungan tempat kita tinggal.

Dengan ini penulis berharap agar kita semua masyarakat Indonesia memahami betapa pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa kita, apalagi di era modernisasi saat ini, perkembangan zaman, dan teknologi yang semakin canggih, yang tentunya membutuhkan pola pikir sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengimbanginya. dengan kemajuan ini.

Sesuai dengan harapan kita, pendidikan dapat menyebar secara luas dan merata ke seluruh pelosok negeri, sehingga negara ini melahirkan banyak individu-individu hebat yang mampu berbuat baik bagi negaranya. Semua itu bisa terwujud jika tujuan dan cita-cita pendidikan bangsa kita berjalan sebagaimana mestinya, seperti terciptanya generasi yang mampu bersaing secara internasional dan ahli di bidang tertentu.

Kemajuan Pendidikan Merupakan Indikasi Kekuatan Suatu Negara Read More »

Pendidikan Menjadi Modal Utama Kemajuan Suatu Bangsa

 

NEXT- LEVEL-STUDY.COM-Pendidikan merupakan prioritas utama bagi masyarakat suatu bangsa yang besar. Otoritas publik juga memahami bahwa pendidikan sangat penting dalam membangun peradaban masyarakat.

Berbagai kemajuan telah dilakukan untuk menggarap SDM Indonesia agar mampu bersaing di kancah dunia.

Anggaran Besar

Pembangunan manusia tidak dapat berjalan tanpa pendanaan yang memadai. Mengingat tertinggal dari negara lain, pemerintah telah menyusun rencana belanja pemerintah sebesar Rp660,8 triliun atau 20 persen dari APBN 2024.

Rencana belanja tersebut dipisahkan menjadi peruntukan belanja pemerintah fokus sebesar Rp237,3 triliun, bergerak ke daerah sebesar Rp346,6 triliun, dan dukungan ventura sebesar Rp77,0 triliun. Anggaran pendidikan sebesar itu merupakan peningkatan dibandingkan anggaran pendidikan tahun 2023 yang sebesar Rp612,2 triliun.

Kemajuan Infrastruktur

Dengan anggaran yang begitu besar, diharapkan mahasiswa dan instruktur akan mendapatkan jabatan yang memuaskan. Melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), pada tahun anggaran 2022 pemerintah telah menyelesaikan pekerjaan pembangunan dan restorasi sekolah sebanyak 458 sekolah (SD, SMP dan SMA) dan 83 madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah). .

Peningkatan landasan pendidikan pada tingkat SD, SMP, dan SMA akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2023 dengan target 1.174 sekolah, sehingga total tahun 2019-2024 menjadi 4.636 sekolah.

Selain melakukan pemugaran dan renovasi sekolah pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah menengah, Dinas PUPR juga memberikan bantuan pada lembaga pendidikan di tingkat perguruan tinggi negeri, termasuk Pembangunan Lanjut Untuk Kemajuan (KDP). Pada tahun anggaran 2022, telah selesai dibangun 25 unit kantor pendidikan perguruan tinggi dan politeknik, dan akan ditambah 9 unit pada tahun anggaran 2023.

Angka Anak Putus Sekolah

Sebaliknya, jumlah anak putus sekolah masih menjadi pekerjaan rumah, yaitu jumlah anak putus sekolah. Pasalnya, berdasarkan informasi dari Badan Pusat Pengukuran (BPS), angka putus sekolah pada jenjang sekolah menengah akan mencapai 1,38% pada tahun 2022. Artinya, 13 dari 1.000 penduduk akan berhenti sekolah pada jenjang tersebut.

Angka ini adalah yang terbesar dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Angka tersebut juga tercatat meningkat sebesar 0,26% fokus dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 1,12%.

Angka putus sekolah pada tingkat SMP tercatat sebesar 1,06% pada tahun 2022. Dari angka tahun lalu sebesar 0,90%, persentase tersebut juga meningkat sebesar 0,16 poin persentase.

Angka putus sekolah dasar saat itu sebesar 0,13%. Angka tersebut lebih tinggi 0,01% fokus dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,12%.

Ketiga calon presiden dan wakil presiden tersebut juga siap menghadapi sejumlah kendala dalam sistem pendidikan Indonesia. Di bidang pendidikan, mereka telah mengkomunikasikan langkah-langkah strategis yang akan diambil melalui visi dan misi.

 

Sumber berita: https://www.beritasatu.com/bersatu-kawal-pemilu/2797498/pendidikan-modal-utama-kemajuan-suatu-bangsa

Pendidikan Menjadi Modal Utama Kemajuan Suatu Bangsa Read More »

Pelajar Indonesia Salah Satu Terendah di Dunia Skor Matematika-Membaca

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-

Kualitas pendidikan di Indonesia secara umum masih rendah, padahal pendidikan merupakan salah satu cara penting dalam mendukung impian besar Indonesia untuk menjadi negara maju.

Pendidikan sangat penting karena diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja dan mendorong ekspansi perekonomian nasional.

Pada Minggu, 2 April 2024, saat debat Pilpres 2024, isu kualitas pendidikan akan diangkat. Pembahasan kelima akan mengangkat topik Bantuan Sosial Pemerintahan, Kebudayaan, Persekolahan, Inovasi Data, Kesejahteraan, Bisnis, SDM dan Pertimbangan.

Pembahasan kelima merupakan pembahasan terakhir sebelum masa misi memasuki masa damai pada 10 Februari.

Nilai PISA Turun Tajam, Sifat Pengajaran Bahasa Indonesia Sebenarnya Rendah

Mulai sekitar tahun 2000, Association for Financial Co-activity and Improvement (OECD) telah melakukan survei yang andal terhadap kondisi pendidikan suatu negara melalui Program for Global Understudy Appraisal (PISA) untuk menilai prestasi siswa yang berusia 15 tahun dengan cepat.

 

Baru-baru ini, pada 5 Desember 2023, OECD merinci dampak skor PISA Indonesia periode 2022 yang dampaknya turun signifikan. Sejujurnya, nilai pendidikan Indonesia adalah yang paling rendah di antara nilai PISA pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan di Tanah Air masih buruk kualitasnya.

Seperti yang terlihat pada kenyataan di atas, penilaian OECD melalui PISA bergantung pada tiga sudut pandang, yaitu Matematika, Membaca dan Sains. Jika hal ini belum jelas, studi PISA 2022 seharusnya dilakukan pada tahun 2021, namun ditunda karena pandemi virus Corona.

Pada PISA 2022, penilaian berpusat pada kemampuan siswa dalam matematika dengan penekanan yang lebih menonjol pada pemikiran numerik. Survei PISA 2022 disebut-sebut menjadi studi komprehensif pertama yang mengumpulkan data mengenai dampak global pandemi Covid-19 terhadap prestasi siswa.

Indonesia juga gagal pulih dari dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan nilai PISA turun tajam. Pandemi menyebabkan kegiatan belajar dan mengajar menjadi terhambat, sehingga kemampuan siswa dalam menafsirkan materi menjadi berkurang.

Meski skornya menurun, Indonesia tetap mempertahankan peningkatan peringkat PISA globalnya menjadi peringkat 66 dari 81 negara pada tahun 2022 atau peringkat ke-15 terbawah di dunia. Prestasi ini meningkat dari posisi PISA 2018 yang berada di peringkat 72 dari 79 negara peserta.

Penelitian Global Education Monitoring (GEM) UNESCO 2020 menunjukkan bahwa alokasi anggaran digunakan untuk memberantas Covid-19, yang mengakibatkan penurunan kualitas pendidikan di seluruh dunia.

Sifat pendidikan di Indonesia pada dasarnya belum unggul meskipun anggaran pengajarannya terus meningkat. Badan publik menetapkan rencana keuangan pelatihan sebesar Rp665 triliun atau 20 persen dalam APBN 2024.

Pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan minimal 20% dari total APBN sesuai amanat UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).

Kebijakan tersebut sudah dimulai sejak 2009.

Sejak tahun itu, otoritas publik telah memenuhi persyaratan rencana keuangan sekolah sebesar 20% dari APBN. Selain itu, anggaran pendidikan meningkat sebesar 206,8% antara tahun 2010 dan 2024, dari Rp 216,72 triliun menjadi Rp 665 triliun.

Partisipasi sumber daya manusia di pasar tenaga kerja masih rendah akibat rendahnya kualitas pendidikan.

Lemahnya kualitas tenaga kerja ini disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan. Tenaga kerja di negara ini masih didominasi oleh orang-orang yang berpendidikan rendah, namun ketika tingkat pengangguran nasional turun, maka tingkat pengangguran lulusan universitas pun meningkat.

Daya saing SDM Indonesia menduduki peringkat ke-40 dari 63 negara berdasarkan World Competitiveness Yearbook (WCY) tahun 2020. Indonesia turun delapan peringkat dibandingkan tahun lalu.

Indeks Modal Manusia (HCI) juga dihitung oleh Bank Dunia untuk menilai sejauh mana pendidikan dan kesehatan mempengaruhi produktivitas di masa depan. Pada tahun 2020, HCI Indonesia sebesar 0,54 dan menempati peringkat 96 dari 175 negara.

Hingga Agustus 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan 52,41 persen angkatan kerja terdiri dari masyarakat dengan pendidikan dasar.

Sebaliknya, pada periode yang sama, terdapat 7,86 juta pengangguran terbuka, turun 560.000 dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi pula penurunan kurang lebih 130.000 orang dibandingkan kondisi Februari 2023.

Berkurangnya angka pengangguran ini merupakan berita yang menggembirakan karena menunjukkan adanya pemulihan moneter setelah pandemi. Namun sayangnya, hal ini tidak sejalan dengan masuknya tenaga kerja dari sektor pendidikan tinggi.

Pendukung utama penurunan pengangguran masih disumbangkan oleh seksi pendidikan dasar (SD/SMP atau sejenisnya) dan pendidikan tambahan (SMA/SMK) yang keduanya bersifat kontrak. Di sisi lain, angka pengangguran lulusan perguruan tinggi atau D3 ke atas justru meningkat dari 4,76 persen menjadi 5,10 persen.

Pasca terdampak pandemi Covid-19, perekonomian semakin pulih sehingga semakin sulit bagi lulusan baru untuk mendapatkan pekerjaan. Jika kita melihat penduduk muda berusia 15 – 24 tahun, data BPS menunjukkan angka pengangguran sangat tinggi, yakni mencapai 19,40%. 19 dari 100 angkatan kerja muda adalah pengangguran, jika kita bandingkan dengan mereka.

Kemungkinan seseorang menghasilkan lebih banyak uang biasanya berkorelasi dengan tingkat pendidikannya. Jadi seharusnya, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan baru dengan kenaikan gaji yang lebih tinggi. Namun sayang, yang terjadi saat ini adalah kebalikannya.

Tenaga kerja yang berpendidikan rendah lebih rentan terhadap perolehan gaji yang tidak mencukupi, hal ini dapat menimbulkan kemelaratan yang menyulitkan individu untuk mencapai kesejahteraan.

Sumber berita: https://www.cnbcindonesia.com/research/20240131161319-128-510569/skor-matematika-membaca-pelajar-ri-salah-satu-terendah-di-dunia

Pelajar Indonesia Salah Satu Terendah di Dunia Skor Matematika-Membaca Read More »

Model Pendidikan Masa Depan Negara Bisa Tanpa Kelas

Sumber gambar: https://corp.kaltura.com/blog/digital-classroom/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Kemajuan teknologi yang luar biasa menyiratkan bahwa dunia pendidikan terus berubah dari waktu ke waktu. Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, tren pembelajaran hybrid mulai meningkat. Wali kelas ditinggalkan oleh siswa. Inovasi dan penerapan menggantikan ruang belajar di dunia nyata.

Harapan terhadap pelatihan tanpa masuk kelas hampir terwujud, padahal banyak lubang, pertanyaan dan kemalangan belajar yang muncul karena pergerakan gaya belajar. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, tidak menutup kemungkinan di masa depan masyarakat tidak akan lagi fokus pada tempat-tempat biasa.

Siswa mungkin hanya perlu mempelajari beberapa mata pelajaran yang paling sesuai dengan minatnya dan akan menjadi profesinya di masa depan karena jadwal belajar jauh lebih fleksibel. Fenomena tersebut menggambarkan sejumlah ciri pendidikan tanpa ruang kelas yang futuristik.

Tanpa Tembok, Tanpa Aturan Di dunia yang semakin terhubung, batasan-batasan tradisional mulai menghilang. Ini adalah pernyataan terobosan bahwa pendidikan dapat dilakukan kapan saja dan di lokasi mana pun, dimana negara di masa depan tidak akan memiliki ruang kelas. Tanpa batasan tembok wali kelas, siswa pada umumnya tidak dibatasi oleh keputusan yang membatasi kapasitas mereka yang sebenarnya. Ini adalah ujian untuk membebaskan otak dari belenggu kenyataan.

Kolaboratif dan Global

Negara-negara yang tidak memiliki wali kelas membuka pintu bagi upaya terkoordinasi di seluruh dunia tanpa batasan geografis. Siswa dapat berpartisipasi dalam percakapan dan usaha patungan dengan teman-teman mereka di berbagai wilayah di planet ini. Pendidikan tidak selalu terbatas pada perspektif lokal, namun menjadikan masyarakat dunia mampu berpikir internasional. Ini adalah ajakan untuk melepaskan diri dari adat istiadat dan membangun zaman yang tidak hanya berkemampuan lokal, namun juga siap bersaing di kancah dunia.

Guru yang Berubah Menjadi Kurator Pengetahuan

Peran guru akan berubah drastis. Mereka kini menjadi kurator ilmu sekaligus guru. Dengan akses terhadap inovasi penentu tren, instruktur dapat mengarahkan siswa melalui serangkaian peluang pertumbuhan yang disesuaikan. Pendidik menjadi fasilitator ilmiah, membantu siswa menemukan dan menyelidiki kelebihan mereka sendiri. Hal ini merupakan peralihan dari pendekatan yang bersifat universal dan menuju pembelajaran yang lebih individual.

Pembelajaran Berbasis Keterampilan

Pembelajaran di masa depan, tanpa wali kelas, juga akan menampilkan pentingnya perolehan berbasis keterampilan. Siswa diuji berdasarkan pengetahuan akademis mereka, tetapi juga pada kemampuan mereka untuk berpikir secara mendasar, berkomunikasi secara nyata, dan bekerja sama. Perkembangan dan imajinasi dihargai, namun dihargai sebagai pusat kemampuan di dunia yang selalu berdampak.

Perpaduan Inovasi Peningkatan Realitas (AR) dan Augmented Reality (VR).

Pengajaran gratis di ruang belajar juga menggabungkan perpaduan inovasi AR dan VR sebagai bagian penting dari pembelajaran sehari-hari. Siswa membaca lebih dari sekedar tentang sejarah; mereka mengalami sejarah melalui pemeragaan VR. Sains tidak hanya diperoleh dari buku, namun diselidiki melalui pertemuan cerdas dengan memanfaatkan AR. Ini lebih dari sekedar kemajuan teknologi; ini juga menandai pergeseran dalam pemahaman dan penyimpanan informasi kita.

Tentu saja, kejadian ini tidak lagi mengherankan siapa pun, karena metaverse hampir mengejutkan umat manusia di seluruh dunia dua tahun lalu. Bahkan saat ini, ada beberapa alasan yang dinamis di metaverse.

Analisis Pandangan Dunia Tradisional

Dalam gagasan sebuah negara tanpa ruang belajar, kita harus menyelidiki dan mengecam standar adat. Apakah tes yang disetujui pemerintah benar-benar mencerminkan wawasan seseorang? Apakah gelar sarjana merupakan bagian utama dari kemajuan? Ini adalah masalah memisahkan dinding pemikiran yang dikembangkan selama bertahun-tahun dan mencari pendekatan yang lebih baik untuk mengukur dan mengevaluasi pencapaian.

Akses Pendidikan untuk Semua

Menghilangkan batasan ruang belajar juga berarti memberikan instruksi kepada orang-orang yang baru-baru ini diremehkan. Di negara masa depan tanpa wali kelas, sumber daya pendidikan akan terbuka untuk semua orang, tanpa memedulikan yayasan atau wilayah geografis. Ini adalah tahap awal untuk melawan ketimpangan pendidikan yang selama ini menjadi momok bagi beberapa tatanan sosial. Mungkin pada saat itu, semua lulusan sekolah menengah bisa menjadi lulusan karena mendaftar ke sekolah itu semudah mendaftar ke sekolah menengah.

Membangun Masyarakat yang Berpikir Kritis

Pendidikan di masa depan tidak hanya sekedar memperoleh pengetahuan; sebaliknya, ini juga tentang mengembangkan pemikiran kritis. Siswa didorong untuk menjawab, bertanya, dan mencari balasan. Mereka mendapatkan data dari para pendidik, namun tetap memikirkan cara menyalurkan dan menilai data dengan susah payah. Di sini penalaran yang menentukan dihargai sebagai keahlian yang penting.

Tantangan dan Resistensi

Namun, seperti halnya setiap gagasan dan prediksi mengenai kemajuan pendidikan, gagasan tentang negara tanpa ruang kelas pasti akan mendapat tentangan. Perubahan pada umumnya menimbulkan kegelisahan, dan banyak yang mungkin menuntut kecenderungan lama. Pendidik, pelajar, dan bahkan wali mungkin menentang perubahan ini, karena menganggapnya membahayakan kesehatan yang ada.

Masa Depan yang Tidak Dapat Dipahami

Menuju masa depan yang modern dan instruktif adalah sebuah ujian sehingga kita siap menghadapi perubahan yang cepat dan eksentrik. Sebuah negara tanpa wali kelas mungkin hanya sekedar harapan saat ini, namun ingat, ketika Uber mengambil alih taksi tradisional, wilayah lokal di dunia pasti harus mengikuti perkembangan kemajuan. Gagasan tentang sekolah kasar adalah salah satu jenis yang mewakili hal-hal yang akan datang dari pelatihan. Sudahkah kita mengatur untuk menghadapinya?

 

Sumber Berita: https://news.detik.com/kolom/d-7166372/negara-tanpa-ruang-kelas-model-pendidikan-masa-depan.

Model Pendidikan Masa Depan Negara Bisa Tanpa Kelas Read More »

Memberdayakan Pelatihan Berkualitas Terkait Digitalisasi

Sumber Gambar : https://ied.eu/blog/digitization-in-education/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Pemanfaatan inovasi komputerisasi untuk memperkuat sistem sekolah atau yang biasa disebut “digitalisasi pelatihan” menjadi perhatian pertama untuk mendukung kemajuan kemajuan. Namun, banyak orang yang meyakini bahwa lembaga pendidikan dan pendidik berada di belakang sektor masyarakat lainnya dalam pemanfaatan teknologi digital.

Belyaeva L.A., peneliti pendidikan dari Universitas Pedagogis Negeri Ural di Yekaterinburg, Rusia, pada tahun 2020 menyatakan bahwa definisi baru pendidikan berkualitas harus dipahami dalam konteks digitalisasi. Pemahaman baru ini dibawa ke dunia dari cara berpikir instruktif dan penalaran akademis lain yang memiliki kualitas model instruktif.

Pertama, karena faktor-faktor nyata baru yang terkait dengan kebutuhan untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh dorongan dalam inovasi tingkat lanjut. Kedua, kontradiksi saintisme dan anti sains, teknokratisme dan humanisme tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan setiap individu dalam pengembangan holistik dan pembentukan dunia spiritualnya.

Hambatan bagi Indonesia Bukanlah tugas yang mudah bagi Indonesia untuk membangun pendidikan berkualitas, khususnya dalam konteks digitalisasi. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergelut dengan permasalahan mendasar berikut ini:

Pertama, Indonesia belum memberikan kebutuhan yang tinggi terhadap Sekolah Remaja. Berdasarkan informasi dari Asian Improvement Bank (ADB), pemerintah Indonesia hanya mengalokasikan 1,2 persen anggaran pendidikannya untuk pengembangan pendidikan generasi muda.

Kedua, tidak semua orang di Indonesia mengenyam pendidikan dasar. Ketiga, Indonesia belum memiliki metode pengalokasian dana yang efisien. ADB melihat hampir tidak ada keterusterangan dalam hal keuangan sehubungan dengan pendidikan di tingkat lokal di Indonesia.

Hal ini tercermin dari laporan yang menunjukkan bahwa 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi kebutuhan pedoman bantuan dasar. Keempat, Indonesia belum memiliki sistem pelatihan vokasi yang unggul. Sampai saat ini, pendidikan dan pelatihan profesional khusus masih terisolasi antara pemerintah pusat, wilayah lokal/perkotaan, dan wilayah rahasia.

Selain itu, ketidaksetaraan gender masih terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia, dengan tingkat melek huruf perempuan hanya setengah dibandingkan laki-laki. Dalam hal digitalisasi, pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Berdasarkan Financial Expert Insight Unit (2020), Indonesia berada di peringkat 61 dari 100 negara dalam hal tingkat pendidikan dan ketersediaan penggunaan internet. Hambatan lainnya adalah aksesibilitas koneksi internet, kekuasaan, ketatnya struktur atau ruang belajar, kurangnya perpustakaan, dan terbatasnya buku untuk membantu pembelajaran.

Persoalan lainnya adalah sebagian besar pendidik, khususnya yang lahir di bawah tahun 2000, masih belum memiliki keterampilan inovatif. Selain itu, program pendidikan pelatihan di Indonesia, termasuk program Autonomous Learning Educational, belum mencapai kemajuan pesat dalam inovasi komputerisasi secara ideal.

Mewujudkan Pendidikan Bekualitas

Untuk mewujudkan pendidikan terkomputerisasi yang berkualitas, kita harus melakukan banyak upaya untuk mempersiapkan para pendidik agar mereka memiliki pemahaman dan kemampuan di bidang inovasi tingkat lanjut. Kita pun memerlukan SDM yang mumpuni untuk mengubah program pendidikan agar memiliki muatan inovasi tingkat lanjut yang memuaskan.

Apapun keadaannya, kita tidak boleh menyerah. Kita harus terus melangkah maju agar tidak tertinggal dari negara lain. Berbagai tuntutan dari luar sebagaimana tergambar di atas hendaknya menjadi inspirasi yang menggelorakan tenaga dan kewajiban kita untuk membentuk sistem pendidikan yang bermutu dan inovasi komputerisasi menjadi “jiwa” pendidikan publik kita.

 

Sumber berita: https://radarmalang.jawapos.com/opini/814055892/mendorong-pendidikan-berkualitas-dalam-konteks-digitalisasi

Memberdayakan Pelatihan Berkualitas Terkait Digitalisasi Read More »

Sekolah di Finlandia Membentuk Karakter Siswa dengan Pengalaman

Sumber berita: https://timesofmalta.com/article/interview-the-secrets-to-finlands-educational-success.662229

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Pendidikan di Finlandia selama beberapa waktu dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Salah satu kemajuan yang dilakukan adalah meninggalkan kerangka pembelajaran repetisi dan beralih ke pembelajaran berbasis perjumpaan.

Sejak lama, pemerintah dan pendidik di Finlandia sangat serius dalam menciptakan pendidikan, mengingat konsistensi dalam bidang-bidang seperti kemahiran dan numerasi. Oleh karena itu, terdapat kemajuan pesat dalam membaca, aritmatika, dan sains, khususnya dalam skor Program for International Understudy Appraisal (PISA).

Guru sekolah Finlandia dan guru di University of Melbourne di Australia, Pasi Sahlberg, menyatakan bahwa meskipun skor PISA tidak tertandingi, para pendidik tidak fokus untuk mengejarnya dalam kerangka pembelajaran.

“Kami berencana anak-anak muda memikirkan cara belajar, bukan cara mengerjakan tes. Kami tidak terlalu tertarik pada PISA. Itu bukan tujuan kami,” ujarnya seperti dikutip Majalah Smithsonian.

Merakit Kepribadian Anak Muda dengan Pembelajaran Berbasis Pengalaman

Sistem sekolah Finlandia dibagi menjadi dua tingkat atau lembaga. Pertama-tama, ada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki kewenangan secara umum dan bertanggung jawab atas semua pendidikan yang didukung administrasi.

Lalu ada badan-badan publik yang bertanggung jawab atas pengajaran dan perawatan remaja, sekolah pra-penting, sekolah dasar, sekolah umum dan profesional serta pelatihan dan persiapan orang dewasa.

“Organisasi ini bertanggung jawab atas kemajuan pendidikan yang mengakar dan pendidikan pemuda di Finlandia, serta internasionalisasi melalui perdagangan pelajar, pelajar, pendidik dan analis,” kata Olli-Pekka Heinonen, pengawas Organisasi Pelatihan Umum Finlandia , dikutip dari situs Middle for Public Effect.

Selain itu, ia memahami bahwa peningkatan instruktif menekankan pembelajaran bukan melalui retensi pengulangan, melainkan melalui pengalaman.

“Ini terkait dengan penguasaan kemampuan dasar melalui permainan dan pengembangan kepribadian mereka dalam pelatihan pemain muda,” kata Heinonen.

“Pada titik itulah mereka memikirkan cara mengelola perubahan, menyampaikan, dan bekerja sama. Inti dari rencana pendidikan sekolah esensial publik yang baru adalah cara untuk membantu setiap anak muda berkreasi dan berkembang sebagai individu dan warga negara. sesuatu yang harus diselesaikan. Ternyata semakin signifikan,” imbuhnya.

Guru yang Berpartisipasi Aktif: Memahami Kurikulum dan Karakter Anak

Heinonen menyatakan bahwa para guru sangat terlibat dalam pengembangan pendidikan ini dan menyadari kemajuan dan metode pembelajaran anak.

Kontribusi para pendidik mencerminkan status mereka yang tinggi di masyarakat Finlandia, dan juga cara sistem sekolah di negara tersebut memberikan kekuatan untuk dieksplorasi dan membuktikan apa yang berhasil.

Selain itu, pendidikan di Finlandia juga tidak memiliki diktat yang terkonsentrasi di sini. Semua hal dianggap sama, pendidik dan sekolah memiliki banyak ahli dalam menentukan gaya dan strategi pertunjukan mereka. Hal ini juga mendukung perubahan rencana pendidikan di Finlandia.

Heinonen menjelaskan, “Pertanyaannya adalah bagaimana tujuan tersebut dapat dicapai, dan ini bergantung pada masing-masing sekolah dan guru. Kurikulum hanya menetapkan tujuan inti yang harus dipenuhi.”

Memanfaatkan Riset Belajar Mengajar Terkini Guru menggunakan riset belajar mengajar terkini

Untuk menerapkan kurikulum yang mencerminkan karakter siswanya.Di Finlandia, para pendidik memiliki gelar Pascasarjana di tingkat perguruan tinggi, sehingga mereka memiliki kemampuan instruktif untuk menggunakan bukti berbasis penelitian.

“Kami percaya ini adalah strategi paling efektif untuk perubahan yang sistemik dan bertahan lama. Kami memiliki organisasi dan sekolah yang dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan,” kata Heinonen.

“Kami ingin terhubung dengan banyak hal menarik yang terjadi di seluruh dunia karena ini adalah cara terbaik untuk mempelajari hal-hal baru. Meski begitu, kami fokus pada kemampuan dan kapasitas masa depan (anak-anak),” tambahnya.

Pembelajaran Luar Biasa

Belajar di Luar Kelas Pembelajaran di luar kelas hanyalah salah satu dari banyak contoh menarik kemajuan pendidikan Finlandia.

Heinonen menguraikan, “Dengan memperkenalkan lapisan yang kami sebut ‘pembelajaran berbasis fenomena,'” “sampai batas tertentu, kami mendobrak batasan setiap mata pelajaran.”

Menurutnya, pembelajaran ini bisa menjadi alternatif bagi generasi muda untuk mempelajari berbagai substansi.

Misalnya saja dengan mengatur penampilan suatu usaha atau organisasi, mengatur sandiwara, atau memperkirakan kualitas air di danau terdekat. Kemudian mereka akan menggunakan informasi tersebut dan meneruskannya ke pihak terkait atau spesialis tertentu.

“Ini adalah pendekatan kerja yang menggarisbawahi pentingnya seluruh wilayah sekolah. Ini lebih komprehensif daripada hanya diselesaikan di satu kelas dengan satu pendidik, dan merupakan bagian utama dari rencana pendidikan dibandingkan ditempatkan di satu ruangan. ,” memahami Heinonen lebih jauh.

Kemajuan seperti ini diyakini akan membantu sekolah dan guru beradaptasi terhadap tantangan seperti meningkatnya jumlah anak Finlandia.

“Kami jamin semua anak mempunyai kemungkinan untuk mencapai kapasitasnya yang sebenarnya,” tandasnya.

 

Sumber berita: https://www.detik.com/edu/edutainment/d-7166837/bukan-hafalan-pendidikan-di-finlandia-bangun-karakter-siswa-dengan-pengalaman.

Sekolah di Finlandia Membentuk Karakter Siswa dengan Pengalaman Read More »

Permasalahan Pendidikan Karakter di Sekolah di Era Digital: Perspektif yang Berubah

Sumber gambar: https://joinhandshake.com/blog/students/navigating-life-after-college-tips-from-a-25-year-old/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Di banyak negara, termasuk Indonesia, pendidikan karakter telah menjadi pusat perhatian dalam proses pendidikan. Namun upaya pembentukan karakter siswa menghadapi kendala baru di era digital. Pelatihan karakter saat ini tidak hanya bergantung pada iklim sekolah dan keluarga saja, namun juga dipengaruhi oleh dampak komputerisasi yang semakin merambah ke dalam kehidupan sehari-hari. Artikel ini akan menyelidiki kesulitan pelatihan karakter dalam periode komputerisasi di sekolah berdasarkan tiga referensi buku harian terkait.

Dampak Hiburan Virtual terhadap Pelatihan Karakter

Salah satu kesulitan mendasar dalam pelatihan karakter di era komputerisasi adalah dampak hiburan berbasis web. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Wilson (2019), pemanfaatan hiburan online yang tidak wajar dapat mengganggu perkembangan individu generasi muda. Hiburan virtual memberikan akses mudah ke konten yang mungkin tidak sesuai dengan kebajikan yang ditunjukkan di sekolah. Misalnya, melalui panggung hiburan berbasis web, siswa dapat dihadapkan pada perilaku yang menipu seperti pelecehan internet, penyebaran data palsu, dan substansi yang tidak pantas.

Selain itu, individualisme dan egosentrisme siswa dapat diperkuat oleh media sosial yang dapat menghambat pengembangan karakter kuat berdasarkan nilai-nilai seperti empati, kerjasama, dan kejujuran. Selanjutnya, sekolah perlu mengoordinasikan pelatihan tentang pemanfaatan hiburan virtual yang dapat diandalkan dalam rencana pendidikan mereka, serta melibatkan wali dalam memeriksa latihan berbasis web anak-anak mereka.

Kurangnya Pemahaman terhadap Moral yang Terkomputerisasi

Akhlak yang terkomputerisasi merupakan bagian penting dari kepribadian persekolahan di zaman maju. Penelitian Jones (2020) menunjukkan bahwa pembentukan karakter daring yang bertanggung jawab sangat terhambat oleh kurangnya pemahaman pendidik dan siswa terhadap etika digital. Siswa sering kali tidak mengetahui akibat dari aktivitas berbasis web mereka, seperti menyebarkan data yang menyesatkan, meretas catatan orang lain, atau berpartisipasi dalam kecerdasan digital.

Pendekatan penanggulangan yang komprehensif diperlukan di sekolah untuk berupaya memahami moral yang terkomputerisasi. Hal ini mencakup memasukkan pelajaran etika digital ke dalam kurikulum, memberikan pelatihan khusus kepada pendidik tentang cara mengajarkan etika digital, dan menetapkan kebijakan sekolah yang jelas tentang bagaimana teknologi digunakan dalam lingkungan pembelajaran.

Perubahan Pandangan Dunia dalam Pendidikan dan Pembelajaran

Satu lagi ujian dalam pelatihan karakter di masa komputerisasi adalah perubahan cara pandang dalam mendidik dan belajar. Sesuai penelitian yang dipimpin oleh Brown (2021), penggunaan inovasi terkomputerisasi dalam siklus pendidikan berdampak pada cara siswa berkolaborasi dengan topik dan individu siswa. Hal ini memicu kebutuhan akan cara yang lebih serbaguna untuk menangani gagasan pelatihan, di mana guru harus mempertimbangkan kecenderungan belajar siswa yang berbeda-beda dan menetapkan kondisi pembelajaran yang komprehensif.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam konteks digital menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, kolaboratif, dan reflektif. Hal ini memungkinkan siswa untuk menumbuhkan kemampuan sosial, inisiatif dan kasih sayang melalui upaya bersama berbasis internet, serta refleksi terhadap peluang pertumbuhan mereka.

Dalam menghadapi kesulitan pelatihan karakter di era komputerisasi, upaya bersama antara sekolah, wali murid, dan wilayah setempat yang lebih luas sangatlah penting. Dengan memahami dampak hiburan online, memperluas pemahaman tentang moralitas maju, dan merangkul pembelajaran serbaguna, sekolah dapat membantu siswa dengan bidang kekuatan untuk menciptakan karakter yang dapat diandalkan di zaman komputerisasi yang terus berkembang.

Melalui latihan koordinasi terbaik dari ujian-ujian ini, sekolah dapat menjadi pemecah masalah yang layak dalam membentuk karakter siswa untuk menghadapi kesulitan moral dan moral yang muncul di era komputerisasi saat ini.

Permasalahan Pendidikan Karakter di Sekolah di Era Digital: Perspektif yang Berubah Read More »

Sistem Pendidikan Inklusif di Indonesia

sumber gambar: https://neuronup.us/cognitive-stimulation-news/testimonials/guidelines-to-implement-inclusive-education-and-how-to-use-neuronup-for-this-purpose/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Siapa yang tak kenal dengan Ki Hadjar Dewantara? Sebenarnya Ki Hadjar Dewantara terkenal dengan semboyannya “Tut Wuri Handayani” yang biasa kita lihat sebagai logo Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Eksplorasi dan Inovasi di Indonesia. Beliaulah Bapak Pendidikan Indonesia yang dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1889, yang tanggal tersebut diberikan oleh Pendeta Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada tahun 1959, Prof.Dr.Muhammad Yamin, diucapkan Hari Sekolah Umum. Hal ini merupakan apresiasi bagi Ki Hadjar karena beliau merupakan seorang guru, ulama, sekaligus tokoh Pembangunan Masyarakat Indonesia yang mempunyai andil besar dalam dunia persekolahan di Indonesia.

Diantaranya kerangka Ki Hadjar Dewantara

Ada banyak ide-ide instruktif yang disuarakan oleh Ki Hadjar, salah satunya yang mempunyai dampak besar adalah mengenai pendidikan komprehensif di Indonesia pada tahun 1908. Pendidikan komprehensif menurut Ki Hadjar, dimana setiap individu tidak terlalu memikirkan pondasi, kesejahteraan ekonomi atau kapasitas mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan. hak yang sama untuk mendapatkan pelatihan yang berkualitas atau bisa dikatakan seluruh masyarakat Indonesia berkesempatan mendapatkan pendidikan yang sama dengan masyarakat terdepan pada masa pionir di Indonesia. Hak atas pendidikan bagi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus dan kelompok kurang terwakili, menjadi prioritas lain bagi Ki Hadjar.

Ki Hadjar Dewantara memperjuangkan permasalahan kesetaraan izin bersekolah di Indonesia karena ia mengetahui bahwa pendidikan di Indonesia sebenarnya berpusat di wilayah metropolitan dan tidak meluas ke pulau-pulau lain seperti Pulau Jawa. Pembangunan besar-besaran sekolah-sekolah di daerah terpencil dan pengiriman tenaga pendidik ke daerah-daerah yang membutuhkan dimulai. Sebagaimana dikemukakan Ki Hadjar, pendidikan merupakan instrumen keberagaman politik dan cara mengupayakan bantuan pemerintah terhadap perorangan. Selanjutnya Ki Hadjar mendirikan dan mendirikan Tamansiswa.

Tamansiswa adalah organisasi pendidikan berbasis di Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Tamansiswa didirikan sebagai tanggapan atas ketidakadilan dan kritik pendidikan kolonial. Sistem persekolahan provinsi yang dijalankan di Indonesia hanya mementingkan kepentingan pionir dan mengabaikan kepentingan pihak Indonesia. Hal ini membuat budaya Indonesia terbatas pada pelatihan yang berkualitas, sehingga Tamansiswa hadir untuk menyambut masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang sah seperti para spesialis terdepan (Rahmawati, 2023).

Ada fakta menarik mengenai sistem pendidikan Tamansiswa. Pastinya teman-teman sudah familiar dengan pendidikan menggunakan sistem Among. Kerangka Among menempatkan siswa sebagai pusat atau fokus dari pengalaman pendidikan. Kerangka kerja Among berfokus pada strategi “mengagumi, mempertajam, dan mempertahankan”. Siswa di Tamansiswa dibimbing oleh guru untuk mempelajari keterampilan, pendidikan karakter, dan nilai-nilai kehidupan selain akademik.

Diantaranya pengajaran lebih menekankan siswa sebagai subjek yang dinamis dan mentor sebagai instruktur yang membimbing mereka selama pengalaman pendidikan sehingga pelatih dan siswa memiliki kepercayaan, saling menghargai dan melihat satu sama lain. Selain itu, pendidikan inklusif juga diharapkan dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan lulusan yang mandiri, kreatif, dan berkualitas (Rahmawati, 2023).

Pendidikan Inklusi Hari ini

Secara keseluruhan, bukankah gagasan sekolah inklusi yang sedang terjadi dan berkembang di Indonesia saat ini harus diutarakan? “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan,” menurut Pasal 31 UUD 1945, secara tidak sadar tercermin dalam sistem pendidikan inklusif di Indonesia. Artinya para pencetus negara Indonesia juga sudah mempertimbangkan pertimbangan dalam bidang pendidikan. Selain itu, dalam Peraturan No. Undang-Undang Pendidikan tahun 2003 menetapkan bahwa sistem pendidikan harus demokratis, adil, dan tidak diskriminatif.

Mengapa penting untuk menerapkan pendidikan inklusif? Pelatihan inklusif ini memiliki beberapa keuntungan. Pertama dan terpenting, pendidikan inklusif diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi anak berkebutuhan khusus untuk belajar tanpa berfokus pada perbedaan. Hal ini disebabkan karena tidak ada manusia yang sempurna dan setiap manusia mempunyai keunikan dan keterampilan yang memerlukan dukungan. Kedua, menerapkan gagasan pendidikan inklusif dapat menjadikan siswa lebih toleran, yang akan berdampak pada pertumbuhan mereka. Terakhir, berpotensi meningkatkan sikap dan rasa percaya diri siswa (Admin, 2023). Dari penjelasan tersebut, maka pelatihan komprehensif yang dilaksanakan tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus, namun juga bagi teman-teman siswa lainnya.

Kendala sekaligus tantangannya adalah masih sedikitnya pendidik di Indonesia yang sadar akan pendidikan inklusif. Padahal, personel sekolah sebagaimana dimaksud di atas dalam kaitannya dengan pelatihan dengan menggunakan kerangka Among oleh Ki Hadjar adalah pihak-pihak yang mendukung, mengajar dan membimbing siswa dalam pengalaman pendidikan. Hal ini menyebabkan siswa yang memiliki persyaratan luar biasa berubah menjadi minoritas dan sulit untuk mendapatkan izin masuk ke pelatihan komprehensif yang berkualitas.

Dari informasi terukur tahun 2017, terdapat sekitar 18% dari total 1,6 juta anak berkebutuhan khusus yang mendapatkan pelatihan komprehensif di Indonesia. Selain itu, berdasarkan informasi Direktorat Diklat dan Kurikulum Adat Tahun 2021, terdapat 3.502 sekolah yang memiliki ide diklat komprehensif dengan jumlah siswa sebanyak 127.541 siswa yang tersebar di 34 wilayah di Indonesia dengan jumlah tenaga pendidik atau pajangan yang ditetapkan. staf (Administrator, 2023).

Sekolah yang memberikan pelatihan komprehensif harus didukung oleh personel sekolah khusus yang membimbing siswa dalam pengalaman pendidikan. Penyempurnaan rencana pendidikan, pelatihan dan pengelolaan sekolah komprehensif harus dilakukan oleh tenaga sekolah yang luar biasa sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. Ada delapan aspek yang harus diperhatikan oleh sekolah inklusif sesuai dengan Pasal 70 Tahun 2009 Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Siswa, kurikulum, tenaga pengajar, kegiatan pembelajaran, sertifikasi dan penilaian, pengelolaan, penghargaan dan sanksi, serta pemberdayaan masyarakat merupakan contoh dari komponen-komponen tersebut. Personil sekolah yang diperlukan mempunyai tujuan utama mengajar, mengajar, mengarahkan, mengoordinasikan, mempersiapkan, mensurvei dan menilai siswa dalam pembelajaran pelatihan komprehensif.

Pendidikan imklusif di Indonesia harus diwujudkan dengan alasan bahwa semua orang atau masyarakat mempunyai hak untuk memperoleh keistimewaan serupa di bidang pendidikan tanpa memperhatikan landasan untuk menghasilkan pengajaran yang berkualitas. Untuk mewujudkan sistem pendidikan inklusif terpadu yang layak dan cocok diterapkan di Indonesia, berbagai komponen pemerintah, pakar, dan masyarakat perlu melakukan penelitian tambahan terhadap kurikulum pendidikan inklusif.

Sumber berita: https://www.kompasiana.com/shintia14232/65b7ac0dde948f7e886f6632/sistem-among-untuk-pendidikan-inklusi-di-indonesia?page=all#section1

 

Sistem Pendidikan Inklusif di Indonesia Read More »

Mengapa Masyarakat Indonesia Tidak Tertarik Melanjutkan Pendidikan Magister dan Doktor

Sumber gambar: https://www.goodhousekeeping.com/life/a26898122/graduation-instagram-captions/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Netizen pun tengah menyimak pemberitaan rendahnya jumlah lulusan Magister dan Doktor di Indonesia. Pada tanggal 15 Januari 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pernyataan pada Konvensi ke-29 dan Pertemuan Tahunan Forum Rektor Indonesia ke-25 yang menandai dimulainya pembahasan ini. Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menyampaikan keprihatinannya terhadap rendahnya proporsi masyarakat Indonesia yang menyandang gelar master atau doktor.

Pada saat yang sama, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa lulusan Magister dan Doktoral di antara penduduk produktif Indonesia masih sangat sedikit, yaitu hanya 0,45% yang mewakili total penduduk berusia 15 hingga 64 tahun. Indonesia tentu terlihat tertinggal jauh dari negara tetangganya, Malaysia. dan Vietnam yang memiliki rasio lulusan magister dan doktor masing-masing sebesar 2,43 persen.

Presiden Jokowi juga menegaskan, upaya peningkatan Aset Pendidikan dan Peningkatan SDM melalui LPDP, langkah ini masih belum mampu meningkatkan jumlah alumni Ahli dan Doktor di Indonesia.

Meski jumlah penerima hibah LPDP bertambah tujuh kali lipat, namun menurut Jokowi langkah tersebut masih terlalu sedikit untuk memenuhi kebutuhan nyata pendidikan lanjutan. Informasi dari Badan Pengukur Fokus (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia memiliki populasi usia produktif sekitar 187,2 juta orang pada tahun 2020. Lulusan lanjutan di Indonesia kurang dari satu juta orang, dengan rasio S2 dan S3 hanya 0,45 persen.

Sementara itu, negara-negara tetangga telah berhasil menghasilkan alumni tinggi dalam jumlah yang jauh lebih besar. Pentingnya peningkatan proporsi alumni Ahli dan Doktor tidak semata-mata dikaitkan dengan kejayaan skolastik, namun di sisi lain juga erat kaitannya dengan kepuasan pribadi masyarakat.

Kualitas hidup berpengaruh terhadap pencapaian pendidikan, dan pencapaian pendidikan berpengaruh terhadap keinginan seseorang untuk melanjutkan pendidikan.

Melihat Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Tingkat Pendidikannya

Informasi Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) per Juni 2022 menyebutkan, baru 6,41% penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan lanjutan.

Gambaran mengenai kesulitan yang terkait dengan akses dan kualitas pendidikan tinggi di negara ini dapat dilihat dari pengelompokan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.

S3: 61.271 jiwa

S2: 855.757 jiwa

S1: 12.081.571 jiwa

D3: 3.517.178 jiwa

D1 dan D2: 1.126.080 jiwa

SLTA: 57.533.189 jiwa

SLTP: 40.035.862 jiwa

Tamat SD: 64.446.545 jiwa

Belum Tamat SD: 30.685.363

jiwa Tidak/Belum sekolah: 65.018.451 jiwa

Data ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas hidup dan daya saing bangsa, perlu lebih fokus pada perluasan akses pendidikan tinggi kepada seluruh lapisan masyarakat dan peningkatan mutu pendidikan.

Faktor Penyebab Rendahnya Minat Terbuka Mengikuti Pendidikan Pascasarjana

Rendahnya minat penduduk Indonesia untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel.

Pertama, di Indonesia masih sedikit sekali posisi terbuka yang memerlukan sertifikasi pascasarjana selain di bidang ujian. Seharusnya, hal ini menjadi kendala utama.

Kedua, selain dari bidang penelitian, pasar kerja di Indonesia tidak sepenuhnya menghargai lulusan pascasarjana dalam hal kompensasi. Hal ini mengakibatkan rendahnya dorongan masyarakat untuk mengejar tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Ketiga, investasi waktu, tenaga dan uang yang diharapkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat ahli dan doktoral merupakan elemen penting lainnya.

Hubungan Kualitas Hidup dengan Tingkat Pendidikan dan Sebaliknya

Pertanyaan apakah ada hubungan antara kualitas hidup dengan tingkat pendidikan dan sebaliknya menambah kompleksitas hubungan antara kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan tingkat pendidikan. Kualitas hidup seseorang secara keseluruhan dapat ditingkatkan dengan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

Lulusan pendidikan tinggi biasanya menikmati peningkatan pendapatan, kesempatan yang lebih baik untuk kemajuan karir, dan akses yang lebih baik terhadap pekerjaan berkualitas tinggi. Di sisi lain, kepuasan pribadi individu dapat mempengaruhi minat dan penerimaan terhadap pendidikan lanjutan.

Keadaan keuangan yang baik dapat menciptakan iklim yang mendukung pendidikan lanjutan, memberikan aset dan pintu terbuka yang mendasar bagi masyarakat untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Faktor-faktor seperti tidak adanya kesempatan kerja yang memerlukan ijazah pascasarjana di luar bidang ujian, tidak adanya perbedaan gaji antara alumni sarjana dan doktoral, serta spekulasi waktu, tenaga, dan uang yang diharapkan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat tinggi merupakan faktor penghambat. harus bertahan. Menghadapi situasi ini, lingkungan kerja di Indonesia harus mengalami perubahan paradigma. Upaya untuk memberikan apresiasi yang lebih baik dan dorongan finansial bagi alumni pascasarjana harus diperkuat. Langkah-langkah penting untuk menciptakan pekerjaan yang layak dengan tingkat pelatihan yang lebih signifikan dan memberikan hadiah yang memadai harus dipahami. Dalam konteks pendidikan, fokus utamanya adalah pada perluasan akses dan sifat pendidikan lanjutan. Minat terhadap aset hibah dan pengembangan landasan pendidikan merupakan cara untuk mencapai fokus perbaikan yang dapat didukung dalam menggarap kepuasan pribadi dan keseriusan negara. mempromosikan siklus positif di mana peningkatan kualitas hidup mengarah pada peningkatan minat dan akses terhadap pendidikan tinggi.

Sumber berita: https://katanetizen.kompas.com/read/2024/01/29/192530685/alasan-rendahnya-minat-warga-indonesia-melanjutkan-pendidikan-s2-s3?page=all#

Mengapa Masyarakat Indonesia Tidak Tertarik Melanjutkan Pendidikan Magister dan Doktor Read More »

sumber gambar : https://www.ecoleglobale.com/blog/importance-of-value-education/

NEXT-LEVEL-STUDY.COM-Sepanjang sejarah, pendidikan telah menjadi pusat pertumbuhan masyarakat, namun pentingnya pendidikan semakin berkurang di era modern. Keberhasilan individu dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang diberikan di dunia yang terus berkembang. Artikel ini akan menjelaskan mengapa pelatihan memainkan peran penting dalam menciptakan masa depan yang tak tertandingi di zaman sekarang.

  1. Persiapan untuk Tantangan Global

Pada masa globalisasi, kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat ini tidak hanya terjadi secara langsung, namun juga bersifat global. Pendidikan memberikan landasan untuk memahami seluk-beluk isu-isu global, menciptakan pemikiran yang tegas, dan merencanakan usia untuk membantu mengatasi isu-isu ini.

  1. Peningkatan Kemampuan Penalaran Inventif dan Kreatif

Kecepatan kemajuan mekanika menuntut manusia mempunyai kemampuan penalaran yang inventif dan kreatif. Melalui pengajaran, seseorang dapat meningkatkan keterampilan ini, membuka jalan untuk membuat pengaturan baru dan menghadapi perubahan dengan tegas.

  1. Pemahaman Inovasi dan Digitalisasi

Pendidikan pada saat ini tidak lepas dari pemanfaatan inovasi. Agar lebih kompetitif di pasar kerja dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan teknologi, siswa harus memahami peran teknologi dan digitalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Membentuk Warga Dunia yang Penuh Perhatian

Pendidikan bukan sekedar mendominasi topik, namun juga membingkai karakter dan nilai-nilai metro. Warga dunia yang peduli, bertanggung jawab, dan siap berkontribusi terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan berkelanjutan dapat dihasilkan melalui pendidikan yang unggul.

  1. Mengurangi Ketimpangan Sosial

Sekolah memainkan peranan penting dalam mengurangi ketimpangan sosial. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi maksimalnya, kesenjangan berkurang, dan masyarakat inklusif tercipta ketika semua orang memiliki akses yang sama terhadap pendidikan.

Pelatihan tidak sekedar menggerakkan informasi, namun juga membentuk manusia menjadi pionir masa depan yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Saat ini, minat bersekolah merupakan upaya untuk membangun masyarakat yang dominan, kreatif, dan sangat kejam. Mari kita bersama-sama memahami pentingnya pendidikan sebagai bekal prestasi di masa depan.

Sumber berita: https://www.kompasiana.com/delitanjung8056/65b79e7512d50f3f84052fc2/pentingnya-pendidikan-di-era-zaman-sekarang?page=all#section1

Read More »

Scroll to Top